Select Page

sore yang indah…

bukan lagi menjadi penikmat,

tapi jadi pelaku.

melihat segala ketidakaturan yang menjad iteratur,

ketidakaturan yang melupakan keteraturan.

senja oranye.

terduduk diatas marmer putih yang keras dan berdebu,

menyaksikan kuda besi dan penunggangnya berlarian.

teknologi berseliweran, dan tertangkap oleh sebuah alat kecil dan bergetar.

dunia oranye di dunia kecil ini..

aku dapat melihat beragam muka, wajah, dan baju.

beragam isi, beragam pikiran, beragam suara.

si kecil dan compang-camping, asik dengan buku dan pulpennya.

menggambarkan dunianya yang ada dalam kepala. sementara temannya, sapu lidi setia menemani di sampingnya. menunggu dengan setia untuk kembali digesekkan dengan lantai kereta.

si besar dan lusuh. dengan beraneka ragam barang, pikiran, isi, dan suara. mendorong ‘gerobak’ dengan berbagai isi.

mendorong tas listrik sambil menyalakan lampu hemat energinya.

menggantungkan benda berkilap dan segala perhiasan wanita.

menggendong anak, berdoa, menengadahkan tangan.

mengeluarkan suara hati yang serak dan lantang_tapi yang ini tidak memaksa orang untuk memberikan uang padanya. entah apa maksud dan isinya. hanya bisa melihat, mendengar, dan menduga.

sore di stasiun. akhir minggu. akhir sore. akhir jingga sebelum berganti dengan hitam.

penmumpang mencari celah untuk ke rumah

petugas mencari uang

pedagang mencari nafkah

pengemis mencari belas kasihan

pencopet mencari…..

ketidakaturan yang teratur

tumbuh, berkembang, mengakar pada negeri merah dan putih ini

yang selamanya teratur hanya satu

satu Allah.

Terimakasih kepada Tuhan-ku itu karena telah menciptakan mata sebagai jendela otak, otak sebagai penerjemah, dan tangan sebagai pembuat realita ini. Tulisan ini.

sky of art