ya,saya harus bisa merasakannya
hei, bukan hanya merasakan, tapi juga mengatur.
merasakan semangatnya, juga mengatur keinginan yang meluap-luap.
udah semakin dewasa kan?
harus bisa mengatur, memilah dan memilih mana yang benar.
kapan harus digerakkan, kapan harus berhenti, kapan harus bersemangat dan bersuara kembali.
dulu boleh lah bebas, cepat, tak tertahan. tapi sekarang, udah g bisa.
sekarang udah harus bener-bener peka sama lingkungan sekitar,
denger suara dengan lebih seksama,
gak boleh egois,
dan tetap ritmis.
.
dilatih dan terus melatih
atau bahasa lainnya,
diajari dan juga mengajari.
itu kan konsep yang Rasul ajarkan sejak dulu?
dan memang itu fitrahnya kan?
awalnya, memang harus merasa terpaksa dulu untuk diajari dan memelajari.
kemudian berubah menjadi mulai terbiasa untuk menghitung dan menghapal.
pada akhirnya kau akan menikmati dan menjiwainya sebagaisesuatu yang memangsudah bagian menjadi dirimu.
pada tingkat selanjutnya, giliran kau yang akan gantian mengajarkannya kepada orang lain.
pada satu dua orang, berkembang menjadi kelompok kecil, dan terus berkembang hingga akhirnya sebutannya sudah bukan menjadi lingkaran lagi, tetapi satu daerah, kota, atau bahkan negara.
.
hwaah…
emang, Islam itu rahmatan lil alamin.
untuk semua manusia, untuk semua mahluk, untuk semua hal.
termasuk ketika bermusik.
haha..lebay gak ya?
tapi emang itu yang saya rasakan.
di awal tulisan yg di atas sana, itu adalah yang saya rasakan ketika memainkan jenis lain dari musik.
mungkin sudah termasuk musik yang lawas. musik-musiknya joe satriani, musiknya rush, atau musiknya dream theatre.
tapi memang, umur musiknya yang lawas benar-benar menuntut ‘kedewasaan’ dari pemusiknya.
buat saya, yang terbiasa dengan lagu-lagu yang…yang apa ya?sebut saja yang modern, agak sulit untuk memainkan lagu dari pemusik yang saya sebutin diatas.
ketukan yang kadang suka berubah, suara drum yang aneh-aneh, ritme pukulan drum yang ‘sepotong-sepotong’, atau ke gaya permainan yang suka berubah-ubah padahal masih dalam satu lagu (maksudnya dari gaya nyantai, ke rock, trus tau2 ke jazz, trus tw2 ke rock lg.riweuh lah!).
meski susah, but im enjoying it now n learning to play such song.
seru sih. menantang n bisa bikin lebih ‘dewasa’ dalam bermusik.
meski blom nyampe ke jazz, tapi saya pernah bilang ke seorang teman, “bukan jazz sih. tapi intinya sama, penjiwaan”
dan untuk ke jazz, saya yakin suatu saat saya dan teman-teman saya akan bisa memainkannya. insya4WI.
*tapi tetep lho, ‘jiwa’ saya masih di Incubus 😀
.
.
and after all, never close your heart to see hikmah from everything that u experience 🙂
salam