Select Page

Rasa bersalah menyeruak
Melihat banyak kesalahpahaman
Tapi cuma bisa diam dan g bisa berbuat banyak.
Terlanjur tinggi dan kuat tembok yang udah dibangun
Diancurin?
Akan butuh banyak waktu.
Sementara, kesalahan terus terjadi,
Sampai mengakar,sambil terus membangun tembok yang lain.
Satu tembok ancur,
Tembok lain udah terbangun dengan kokohnya.
Kayak mau ngeringin banjir sejakarta,tapi cuma pake gayung.

Muncul satu ide: biarinin aja, tapi kasih contoh yang bener.
mempertahankan idealisme,sementara disembur secara bertubi-tubi oleh cabai pedas yang membakar otak=gerah. Gak enak. Kewalahan.
Pengennya ngasih contoh, tapi lama-lama jadi butuh contoh juga.
Gawat.
Ini namanya gak epektip.

Ide lain: kasih contoh juga, dari jauh, dan berdua.
Kode banget. haha
Tapi emang, kemungkinannya bisa lebih besar, sambil bisa mengamankan diri.
Setidaknya usaha.
Masalah hasil? Wallahu’alam.
Toh kewajibannya cuma sampai mengingatkan. Masalah hasil, itu terserah Allah yang mw membukakan pintu hati yang bersangkutan atau enggak.
Dan kalo udah berdua gitu, bukan cuma untuk satu atau dua kelompok aja, kan? Bisa lebih dahsyat lagi, bisa sampe satu RT, satu Bekasi, atau bahkan bisa sampe satu negara.

Dahsyat. butuh persiapan banyak utk bisa sampe kayak gitu.
Karena itu, langkahnya harus jelas. Caranya juga. Doanya jangan keputus.
Pertolongan Allah itu dekat, dan Allah Maha Mendengar.

Semangat buat jadi hokage selanjutnya!
*loh