ketika sudah tak dirindukan dan tak lagi ada suara yang menggema dari ujung sana,
apa yang bisa kulakukan?
terdiam dalam asa dan dunia dengan banyak kata namun tak bersuara?
atau hanya bisa sunyi dalam hati sambil menyanyi?
ya, saya memang tak hebat dan ditambah dengan ke-menyebalkan saya.
tapi itu cara saya untuk berkomunikasi, untuk membuat saya hidup.
itu caraku untuk bisa menyalurkan rasaku
untuk menunjukkan bahwa aku ada dan bersuara.
dengan caraku yang kan membakar semangat duniaku
namun lagi-lagi aku harus merasa resah dan kalah
melihat dunia yang jengah dengan duniaku yang hidup dalam dunia yang tak biasa
aku yang terlalu berlebihan dalam kata
aku yang…
aneh.
hingga akhirnya kembali ku ke dalam tanah sana.
dikelilingi oleh unsur tak bernyawa, diam, tak bergerak.
pengecut aku?
tak punya keberanian aku?
tak tangguh aku?
tak dewasa aku?
terlalu banyak meminta aku?
manja aku?
apapun.
apapun sebutan dunia untukku.
silahkan.
karena ternyata memang terbukti bahwa, ya, aku tak bermakna dan tak perlu disapa.
terlalu berbeda duniaku dengan dunia yang ada.
dan kalaupun Allah memang menentukan aku harus sendiri selamanya
hanya sebagai penghinggap di dunia sana
tanpa meninggalkan rasa,
aku hanya mencoba dapat terus bermakna dengan satu cara:caraku yang tak tergambar.
aku menarik diri.