Select Page

nulis ini sambil minum kopi susu..enak… hmm…terinspirasi nulis ini dari ngeliaat banyaknya anak2 mahasiswa baru ITB (kayaknya sih gitu) yang masih berkeliaran di sekitar jam 10 malem tadi. jalan berkelompok, bawa2 karton, papan nama, sambil ngobrolin hasil rapat, sambil beberapakelompok ada yang didampingin sama PK (pendamping kelompok). dan mereka-mereka itu berkeliaran (hehe,emg kucing berkeliaran?? :D) gak hanya disekitaran di kampus ITB aja, tapi ada yang di simpang dago, ada yang di daerah cisitu lama, ada yang di deket kampus itbnya,bahkan ada beberapa yang ada di sekitar DU!(itu mahasiswa itb ato unpad ya?) dan di sisi lain, di kampus Unpad DU, keliatan sepi-sepi ajah dari luar….

well, saya gak akan nulis tentang mahasiswabaru yang saya lihat itu. tapi saya akan bercerita tentang pengalaman yang saya alami sendiri tentang mabim, oepek, atau apapun namanya.

dahsyat. itu yang bisa saya simpulkan dari semua pengalaman saya itu.

ketika jadi peserta, mungkin gak beda jauh dengan mahasiswa baru yang saya lihat itu. saya juga mengalami bagaimana setiap malam harus mengerjalan tugas, entah itu sendiri, atau berkelompok. di kosan temen, atau di kosan sendiri. ada yang begadang, ada yang harus beli ini-itu dan fotokopi bukper tengah malem, gunting-gunting, semua deh! sampe yangharus keliling-keliling nyari kosan senior untuk ‘kenalan’. ada yang harus ngelewatin kuburan dulu, gang gelap, dimarahin sama penghunisatu kosan karena berisik, macem2 dah!

tapi yang saya rasakan, bukan sekedar capek, serem, deg-degan ketika melakukan semua itu, tapi lebih bagaimana hati saya mulai terikat dengan teman-teman satu angkatan saya. perjalanan yang dilakukan bisa jadi setiap langkahnya adalah panambah panjang ikatan hati agar semua teman dalam satu angkatan saya bisa terikat dan terhimpun menjadi satu. setiap tawa, diskusi, emosi, bisa jadi adalah penmabah juat simpul ikatan  hati kami, agar ikatan itu semakin kuat dan erat. tak mudah lepas, meski sekarang banyak dari kami (temna satu angkatan saya) yang sudah lulus. ah..subhanallah..

lain lagi ceritanya ketika saya menjadi panitia mabim jurusan. saya, hakim, morin, eki, hasbi, roma, alfin, ari, tari, yani, irfan, smua deh, semua teman-teman satu angkatan saya yang jadi panitia mabim (tenang, yang g jadi panitia jg saya amat berteerima kasih qo) di tahun 2006 lalu. gak cuma teman satu angkatan aja, tapi juga semua dari angkatan 2005. fia, hani, hesty (three musketeer. hehe), rahmat, ajo, dkk lah..poqonya semua yang jadi panitia eaktu itu, saya merasa amat terbantu dengan kalian semua.

capek? pasti. riweuh? emang. emosi?harus. tapi disaat itukita semua benar-benar harus melatih kesabaran kita, melatih kekritisan kita, kekreatifan kita, meng-upgrade dengan segera kedewasaan kita. ngerasa gak sih kalo saat kita jadi panitia kita benar-benar dituntut untuk bisa segera menjadi dewasa? saya amat mereasakan itu. betapa kita gak boleh childish, egois, selfsentris, pesimis, dan mistis(hehe, nyambung gak yah?).  ya, meski terlihat dan terasa sangat instan, tapi di saat itu akan benar-benar terlihat bagaimana masa lalu membentuk kita, siapa dan seperti apa kita, dan harus bagaimana kita. kalu saat jadi peserta kita harus kreatif dan kritis atas apa yang diperintahkan, maka kalo jadi panitia, kita harus totally kritis, kreatif, logis, plus nyolot dikit ama senior dan jurusan. hehe..lagi lagi, ,subhanallah…betapa pengalaman adalah guru yang amat berharga.

jadi be/bem enak? saat panitia capek mikir dan latian malem-malem, peserta harus ngerjain tugas sampe malem bahkan ga tidur, apa be/bem cuma ongkang-angking kaki, nyantai, g ngapa-ngapain? wah..gak banget! meski kadang (kadang loh ya)gak cape secara fisik, tapi kami (bem, kl be gak tw.blom pernah sih.he..) sangat cape secara mental. bagai mana kita harus mengkonsep dasar acara, mendampingi panitia, jadi tempat curhatannya panitia, dialogis yang (kadang berakhir dengan tragis) dengan pihak PD/PR3 atau dengan siapapun pihak birokrat yang berkepentingan, daaan lainnyaaaa….. bener-bener dilatih buat jadi orang birokrat dah…tapi juga tetep kritis dan kreatif, tentu dengan cara yang berbedad lagi jika dibandingkan dengan saat menjadi peserta atau panitia mabim/ospek.

waah…

alhamdulillah…saya harus dan wajib untuk berterimakasih kepada Allah kerena telah memberikan saya begitu banyak pengalaman, hikmah, pelajaran dan teman selama saya berada di kampus. semua pengalaman itu tentunya telah menjadi masa lalu untuk sekarang. lagi-lagi menjadi kepingan-kepingan puzzle, dan melengkapi potongan puzzle lainnya yang telah ada sebelumnya. msih amat jauh puzzle itu untuk menjadi sebuah puzzle yang dapat terlihat seperti apa gambar dan bentuknya. saya yakin, Allah masih menyimpan amat banyak potongan-potongan yang belum saya temukan, yang akan melengkapi bagian diri saya yang masih amat jauh dari diri saya ini.

bisa jadi, anda malah akan menjadi salah satu bagian puzzle saya. bersedia kan? 🙂